Monday, March 31, 2008

Depresi Lebih Rentan Menyerang Wanita

Depresi merupakan gangguan psikologis yang mempengaruhi perasaan, pikiran, fisik, serta tingkah laku. Mengenali gejala sedini mungkin dan memberikan perawatan tepat dapat mengatasi gangguan tersebut. Kenyataannya, masyarakat kurang menyadari gejala-gejala yang timbul sehingga depresi menjadi masalah yang lebih rumit.
KETIKA seseorang merasakan kesedihan, lelah setelah bekerja berat atau putus asa saat menghadapi masalah serius, kondisi tersebut belum bisa disebut depresi. Bisa disebut depresi bila gejala tersebut berlangsung selama beberapa hari atau minggu ketika menghadapi stres.Gejala akan tetap ada walaupun fase sudah terlewati. Bahkan semakin kuat, serta akan mempengaruhi pekerjaan, sekolah, dan tanggung jawab di dalam keluarga.

Gejala-gejala apa yang seharusnya kita kenali?

Seseorang dikatakan depresi jika sedikitnya mengalami dua dari gejala utama, yaitu perasaan depresif seperti murung dan sedih, hilangnya minat atau gairah, serta rasa lemah tidak bertenaga.Di samping gejala utama, ada gejala tambahan seperti
konsentrasi menurun, rasa bersalah berlebihan, gangguan pola tidur dan makan, serta rasa putus asa, Kondisi tersebut, akan berlangsung lebih dari dua minggu.

Apakah penyandang depresi dipengaruhi jenis kelamin?Walaupun kriteria diagnostik sama untuk semua jenis kelamin, wanita ternyata lebih rentan mengalami depresi. Wanita lebih berisiko depresi disebabkan perubahan hormonal serta perbedaan karakteristik di antaranya keduanya. Kriteria depresi adalah sama untuk semua jenis kelamin. Akan tetapi, wanita lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta gangguan makan.

Kemungkinan wanita mengalami depresi satu setengah kali sampai dua kali dibandingkan pria. (Tetapi tidak semua wanita mengalami hal tersebut.)Namun, masalah perubahan hormonal sering dikaitkan dengan kecenderungan depresi. Ketika seseorang mengalami depresi, jumlah cairan kimia di dalam otak berkurang. Hal itu dapat menyebabkan sel otak bekerja lebih lambat.


Cairan neurotransmitter tersebut adalah serotonin. Bila terjadi ketidakseimbangan, akan menyebabkan depresi. Selain serotonin, ada zat penghantar saraf lain yang berperan menyebabkan depresi, seperti norepineprin, dopamine, histamin, dan estrogen. Estrogen yang merupakan hormon kaum wanita ini bertanggung jawab sebagai penyebab depresi.Ketika jumlah estrogen menurun akan memunculkan gejala-gejala depresi. Di samping itu, estrogen juga akan memberi pengaruh secara langsung timbulnya depresi itu sendiri. Di dalam tubuh wanita terdapat dua hormon yaitu estrogen serta progesteron. Keduanya bekerja bergantian, misalnya dalam kondisi menstruasi jumlah estrogen menurun sedangkan progesteron naik. Pada saat menstruasi atau pre-menstrual syndrome (PMS).

Dalam kondisi ini wanita lebih mudah untuk sedih, sensitif, marah, serta mudah menangis. Bagi wanita yang menjelang menopause, tepatnya satu tahun sebelumnya, akan semakin berisiko mengalami depresi. Kondisi ini disebut pre-menopause, kecenderungannya wanita lebih sensitif serta paranoid sehingga semakin berisiko.
Penurunan estrogen pada wanita akan berpengaruh pada emosi. Selain perubahan hormonal, karakteristik wanita yang lebih mengedepankan emosional daripada rasional juga berperan. Ketika menghadapi suatu masalah, wanita cenderung menggunakan perasaan.Atasi Kekambuhan, Tingkatkan Kualitas Hidup

DEPRESI merupakan masalah psikologi yang umum terjadi, kebanyakan penyandangnya tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Kalaupun mendapatkan perawatan, masih terdapat kesalahan diagnosis.Kondisi tersebut patut disayangkan mengingat perawatan yang tepat akan mampu mengubah secara signifikan suasana hati serta penyesuaian kehidupan sosial seseorang. Karena depresi sering kali tidak terdiagnosis, individu yang mengalami depresi selalu berlanjut dan merasa tidak berguna.


Sering kali pengobatan depresi dilakukan dalam jangka waktu singkat untuk semua klien/pasien.Pengobatan depresi jangka pendek bisa saja efektif bagi beberapa klien/pasien yang mengalami episode depresi tunggal dan memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami episode baru depresi. Banyak klien/pasien mengalami depresi kronis untuk waktu lama dan mayoritas klien/pasien yang mengalami episode depresi mayor akan mengalami kasus berulang bahkan kasus berulang ganda.Tiap klien/pasien membutuhkan penanganan berbeda. Keluhan somatik sebagai bagian gejala depresi sering diobati sebagai gejala penyakit fisik,sedangkan depresinya tetap tersamar. Sebagian besar klien/pasien depresi akan mengalami kekambuhan yang akan meningkatkan beban penyakit, seperti gejala semakin parah atau risiko kambuh selanjutnya akan semakin besar.

Penyebab depresi

Penyebabnya yaitu endogen serta eksogen. Depresi endogen merupakan depresi yang disebabkan dari dalam, sedangkan eksogen berasal dari luar atau kontribusi lingkungan. Untuk depresi endogen tidak ada cara lain selain menggunakan obat-obatan untuk menstabilkan kadar cairan neurotransmitter dalam otak.Sementara, depresi eksogen bisa diberikan perawatan, seperti terapi kognitif, psikoterapi suportif. Selama ini kalangan medis menggunakan obat golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor). SSRI bekerja hanya berefek tunggal sehingga biasanya tidak mampu mengatasi relapse (kekambuhan) dan recurrent (kasus berulang). Akibatnya, gejala sisa depresi dengan manifestasi bermacam-macam masih belum teratasi.


Dengan demikian diperlukan obat antidepresan yang memiliki kerja ganda sehingga dapat berdampak sinergis dalam menangani gejala,yaitu SNRI (serotonin nor epinephrine reuptake inhibitor). Golongan obat ini bekerja ganda dengan mencegah relapse serta reccurent. Risiko kekambuhan dan kasus berulang, kekronisan, dan resistansi pengobatan dapat meningkat seiring dengan munculnya episode baru depresi. Pengobatan depresi bertujuan untuk mengembalikan peran serta fungsi, menghilangkan gejala,serta meningkatkan kualitas hidup. Sebagian besar gangguan depresi dapat diobati sehingga harus dilakukan secara komprehensif menyertakan dukungan keluarga, dan lingkungan sosial. Pengaruh Pola Asuh Orangtua

DEPRESI merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering terabaikan. Penyandang depresi yang berlanjut tak jarang akan bertindak ekstrem seperti bunuh diri. Depresi yang biasa muncul pada usia dewasa awal dapat muncul secara tidak serta merta. Seseorang akan mengalami gangguan depresi disebabkan oleh tiga faktor, yaitu genetik, pola asuh, serta stressor. Gangguan depresi merupakan kelainan jiwa yang dapat diturunkan orangtua. Faktor yang kedua yang tidak bisa juga diabaikan adalah pola asuh yang diterapkan ke anak. Pola asuh yang diajarkan dalam menerapkan pendidikan ke anak juga turut memberikan kontribusi.

Pola asuh akan membuat seseorang matang (mature) atau tidak. Kematangan akan semakin tampak saat anak menghadapi satu masalah. Seseorang yang mengalami suatu kejadian akan mengalami tiga fase, yaitu protes, fase sedih, dan acceptance. Ketika menghadapi suatu masalah, seseorang akan mudah berpindah ke fase berikutnya. Perpindahan fase tersebut berlangsung cepat. Seseorang yang lambat bahkan tidak bisa berpindah ke fase berikutnya akan rentan untuk mengalami depresi. Dengan kematangan yang dimiliki, seseorang akan mudah untuk berpindah dari satu fase ke fase berikutnya.


Pola asuh yang menerapkan kepercayaan (trust), inisiatif, mempunyai aturan akan menjadi bekal anak-anak bersosialisasi dan memiliki keterampilan dalam menghadapi masalah. Pola asuh akan berperan membuat anak berkembang atau tidak. Ada beberapa macam pola asuh, yaitu otoriter, permisif, uninvolved, serta demokratis. Sebaiknya orangtua menerapkan pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis yaitu terjadinya komunikasi secara dua arah antara orangtua dan anak sehingga anak boleh berpendapat. Orangtua mendengarkan keinginan, harapan, serta tetap menetapkan rambu-rambu kepada anak-anak. Anak akan merasa didengarkan dan memudahkan anak untuk berekspresif. Pribadi anak akan semakin berkembang ketika belajar bertoleransi, berinisiatif, serta berani mengambil keputusan. Berbeda dengan pola asuh otoriter, orangtua cenderung memaksa keinginan terhadap anak. Komunikasi yang terjalin satu arah, orangtua hanya melarang dan memberi perintah dan anak tidak mempunyai hak untuk berbicara. (june)